“Acap kali dia melakukan adegan seperti itu, setelah rahasia
agamawinya terbongkar, masih berani dia menginjakkan kaki di sini ?? “
tutur bos berbadan besar itu.
“ Kata orang-orang
terdekatnya itu, dia memang hanyalah seorang pelancong yang sedang lara
karena ditinggal istrinya 2 bulan silam” jawab salah satu karyawan yang
Memakai kemeja coklat dipadupadankan dengan dasi abu-abu. Sangat tidak match.
“ Astaga, dosa kecil telah kuperbuat lagi, tidak seharusnya aku menilai orang seperti itu. “ sesalku.
Melewati gedung itu rasanya kini di fikiranku hanya terlintas keraguan.
Akankah proposal dilengkapi map berwarna Pink ini diterima ? Smoga
saja. Semangatku dalam hati. Fikiranku melayang, terbang menyusuri kota
tua ini dan mendarat di sebuah rumah makan yang lumayan mewah. Mungkin
di situlah tempat yang akan menjadi sumber penghasilanku.Sambil
berlari-lari kecil, seorang gadis yang berpenampilan laram melintas
dengan pinggungnya yang berlenggak-lenggok, pakaiannya resmi dan sangat
formal. Ah,, aku sangat bosan melihat orang berperawakan dan laram
seperti itu, bahkan ada yang melebihinya sewaktu aku masih menetap di
Sidney, Australia. Tapi, itu 4 tahun silam ketika ayahku masih tugas di
sana.
Perlahan kakiku melangkah di pinggiran jalan
yang dipenuhi bunga-bunga jalanan yang tak terlihat indah, tapi polusi
dan asap kendaraan bermotor yang telah mencemarinya hingga bunga itu
nampak lecuh tak layak untuk dipandang.
“SELAMAT DATANG !!” Ucap salah satu receiver dari Restaurant tersebut.
Aku
langsung memasuki ruangan yang bercat hijau muda, tanpa mengetuk pintu
ku lancangkan diriku untu masuk sendiri. Dan di dalam jiwaku benar-benar
lecit karena aku harus bertatap muka dengan orang yang kusebut-sebut
si laram, karena dia benar-benar banyak gaya. Yah.. kini kutau dia
adalah pewaris dari restoran LEZATY yang kabarnya dirintis dari tahun
1989. Sudah lumayan lama rupanya, tak heran jika banyak prngunjung yang
berbondong-bondong ke restaurant itu.
”RAYNHA ADYNDA BILQIS ?
Apa anda yakin ingin menjadi koki di sini ?
Rasanya proposal anda belum memberikan rasa ketertarikan kepada saya
untuk menerima anda,, dan andai saya menerima anda, apakah anda bersedia
untuk melepaskan Jilbab dari kepala anda itu ? “ Tanya ANGELINA DWI
BRAHMA
Kegalauan hati menyelimutiku ini, jika ku tolak
pekerjaan ini, lantas Mama di rumah akan memberikanku celotehan yang
dampaknya sangat berbahaya bagi telingaku yang baru dioperasi 5 bulan
lalu. Tapi jika ya, apakah jilbab yang telah kukenakan bertahun-tahun
ini harus kutinggalkan dan memamerkan rambut khas belanda yang kumiliki ?
“ Maaf Bu ANGEL, rasanya saya harus mempertimbangkannya terlebih
dahulu, berikan saya waktu sejenak untuk berfikir.”
“ Baik “
Dan setelah kupertimbangkan rasanya ini bukan tempat yang tepat
untukku, hasrat beberapa jam yang lalu sirna. Mungkin masih banyak
tempat yang cocok untukku. Ku kan tetap berpedoman pada agamaku, ISLAM .
BILQIZZ ?!!??
Ku palingkan wajah ke pojok kanan dan kukedipkan mata ke arah matahari
terbit, rupanya ada yang sedang melototiku, berjarak sekitar 4 meter
tapi masih dapat kupandang dengan jelas.
Wanita itu
mengenakan pakaian muslimah berwarna biru dan dilengkapi dengan Pin
berlafaskan MOSLEM FOREVER , cantik dan rasanya wanita ini tak asing
lagi bagiku. Dia lari medekatiku dan semakin dekat semakin nampak pula
wajahnya itu, Yah.. benar dia adalah ANISA . Teman seperjuanganku
sewaktu aku Smp dulu.
“ Assalamu Alaikum ukhti “
“ Waalaikum salam ukhti “ jawabku.
Spontan dia memelukku sebagai pelepas rindu katanya. Aku benar-benar
merasakan kerinduan seorang sahabat yang tlah lama tak berjumpa. Kami
pun pernah bertemu di Facebook tapi belum bisa mengobati rindu kami.
Akhirnya rindukupun terobati. Kami pun melanjutkan pembicaraan di
Restaurant di mana tadi aku melamar pekerjaan , karena hanya itu café
terdekat dari tempat pertemuan kami.
Percakapan
berlanjut hanya 2 jam lebih karena Orang rumah menelfon dan memberitau
agar aku segera pulang. Perasaanku sudah tidak galib lagi kerana suara
yang kudengarkan di telfon irama suara mamaku tak seperti biasa. Dan
sesampai di rumah ku lihat bendera putih melambai-lambai di depan rumah,
dan setelah melihatnya pandanganku sudah gelap.
Kucium aroma jahe yang melekat di dekat hidungku dan keningku. Ku heran
apa yang telah terjadi dan sanak saudaraku pun menjelaskan secara rinci
dari kepingan ceritaku ini.Bunyi desir dari pekarangan menambah pedihnya
aku .Kini ku harus sadar, Ayah yang selama ini memberiku nasehat dan
mencarikanku nafkah benar-benar raib dari pandangan, saat terakhirnya
pun aku tak sempat memegang tangannya.
Semenjak
kematian ayahku ini, semuanya berubah. Dunia pun rasanya terbalik,
Lakar-laskar dalam darahu kini membentengiku untuk benar-benar mencari
pekerjaan,kami pun kekurangan biaya jika hanya mengandalkan gaji pensiun
ayahku.Tanpa fikir panjang, aku melamar pekerjaan kembali ke
Restaurant itu dan ku ikuti syarat yang diajukan, kini aku benar-benar
tersesat dan jilbab itu kini melayang.
Imanku sekarang
benar-benar sudah goyah. Aku masih bisa menyadarinya tapi tak bisa ku
aplikasikan sehari-hari. Dan akhirnya aku pun resmi menjadi koki di
restaurant itu, mereka menerimaku karena selama di Sidney dulu aku
mengikuti less masak dan mendapatkan ijazahnya meskipun dengan nilai B.
Aku agak betah bekerja di sana, karena pegawainya yang good smile dan sangat friendly meski jika aku sedang termenung aku sangat menyesalinya.
Jelak lidahku ini ketika mencicipi masakandari koki lainnya, bagaimana
tidak jika setiap hari menu yang di buat serasa masam dan kurang sedap
dikecap lidah.
Ternyata dari belakang salah satu
pelayan memantauku dari jarak jauh, tapi aku masih bisa merasakan
atmosfir yang tidak enak dari pelayan itu, NANDA.
Adu
dombapun kini menjadi bahan sehari-harinya untuk menjadikan makanan yang
sangat istimewa dengan aku serta koki itu sebagai komposisi utamanya.
Meski adu mulut yang tak pernah berhenti di dalam ruangan kerja. Matanya
benar benar jelalatan dan melihatku dengan pandangan sinis, pandangan
yang menyimpan sejuta dendam..
Aku benar benar
menyerah, bahkan orang-orang terdekatku pun tak percaya lagi padaku. Aku
harus memundurkan diri, mungkin ini jalan yang terbaik.
Mataku terpejam sejenak dan menahan air mata yang nyaris menetes,
mungkin inilah hasil akhir dari perjuangan kerjaku yang kurasa tidak
dibarengi dengan iman.Rasnya tak ingin pulang dengan keadaan seperti
ini, ini akan menambah rasa sakit hati dari mamaku, Dia benar-benar tak
pernah menyukaiku. Motif kerja yang kulakukan pun berlandaskan pada
tindakn Mama yang hanya menyukai Putrinya jika dalam keadaan senang.
Tapi aku tak pernah menyimpan dendam padanya, karena jika kempatian pun
menjemputnya kelak, aku juga lebih tersakiti karena belum pernah
melihatnya meneteskan air mata bahagia karena perbuatanku.
Hiruk pikuk kendaraan di sekitarku ketika berjalan pulang ke rumah
mengingatkanku kembali semasa hidup bersama ayah di Sidney, di mana dia
harus berjalan kaki setiap pergi mengajar di salah satu SMP, dia
mengajarkan Bahasa Indonesia, tapi bakatnya dalam sastra tak menurun
padaku, aku mewarisi bakat mamaku yang konon pandai memasak meski dia
tak pernah menceritakannya.
Lamunanku berhenti kala ku
pandangi pengamen cilik berjilbab yang sedang merayu dengan dawainya
agar dilemparkan koin-koin yang cukup rendah nilainya.
Aku benar-benar mutung dengan keputusanku dahulu yang melepaskan jilbab
hanya demi pekerjaan yang memberikan tenggan di dalam hatiku. Tiada
yang bisa mendengar peletik hatiku sekarang. Kusandarkan diriku pada
pohon yang berkambium dan rasanya sudah rapuh. Ku ingat semua tindakan
yang tidak etis dalam hidupku, Suaraku kini embar alunan-alunan merdu
yang memanggil burung merpati mendekat, Fantasi kini tiada lagi,
kupalingkan wajah untuk melihat lalu lalang kendaraan. Di sana terlihat
hanyalah wanita-wanita berjilbab yang kurasa itu masih Fantasi.Aku
sangat ingin meraih jilbab itu dan berkumpul bersama mereka di dalam
lindungan-Nya, tapi mobil Mercy berwarna hitam menjadikan ceritaku
sebuah insiden yang gering.Baru ku sadar ketika banyak perawat yang
menatapku sedih, ku lihat beberapa kerabatku datang menjenguk di Rumah
Sakit dan membawakan jilbab, semenjak saat itu kini Jilbab telah menjadi
mahkotaku. Ku yakin inilah aku yang dirindukan oleh Jiwa yang
merindukan ketentraman dunia dan akhirat.
SELESAI
by: mufidatunnisa faturrahman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar sobat:D