21 April telah
berlalu, namun nuansa Kartini senantiasa menyelimuti kelurga yg
benar-benar menghargai eksistensi seorang wanita. Hari Kartini menjadi
acuan terhadap eksistensi wanita dalam hidup ini, wanita yg pada zaman
jahiliah hanyalah menjadi budak, diperlakukan semena-mena, bahkan pada
kebudayaan hindu-budha dahulu, hak hidup seorang isteri raib saat
suaminya telah meninggal.. Astagfirullah.. segitu rendahnyakah wanita
zaman dahulu.Dengan hadirnya baginda Rasulullah saw, wanitapun diangkat
derajatnya, disetarakan dengan para kaum lelaki. Akhirnya emansipasi
wanita telah berlaku. Jasamu sunggguh indah, ya Rasul.
Tidak hanya smpai di situ, perjuangan wanita pun tak henti-hentinya mendapat hambatan, masih ada berbagai celah untuk menghancurkannya, namun RA Kartini yg telah mengangkat kembali derajat wanita yg dahulunya terpuruk menjadi yg terdepan, disetarakan dengan laki-laki.
Masih adakah yg senantiasa mempertahankan perjuangan RA Kartinin?? Sedangkan dapat disimpulkan bahwa wanitalah yg menjadi tiang agama namun wanita sendiri yg menjadikan tiang itu roboh. Masih adakah sosok wanita yg setia mempertahankan kodratnya sebagai seorang wanita? Yang dimana, ia takkan rela meratap sedih karena perlakuan lelaki kepadanya? Masih adakah sosok wanita tangguh, yg kebal terhadap berbagai cercaan demi jihad di jalan Allah? Sungguh, semua wanitapun mengharapkan predikat demikian, namun apakah semudah dengan ucapan? Sekali-kali tidak sahabat, kesemuanya itu membutuhkan qalbu yg senantiasa sabar, tabah, dan bertawakkal di jalan-Nya. Dapatkah ibu kita dipredikatkan sebagai seorang Kartini ?(jika sahabat bertanya)!
Seorang Kartini telah hadir dalam kehidupan kita masing-masing, dialah ibu kita!!
Mungkin ibu Kartini tak sempat kita temukan saat ini, tak sempat bertemu dengannya dan menatap dirinya yg dipenuhi cahaya perjuangan, cahaya yg menyinarinya sampai beliau wafat karena terserang penyakit. Namun, insyaAllah sosoknya masih ada dalam kehidupan kita sekarang, seorang ibu! Cintamani—intan yg mengandung kesaktian—pun tak bisa menjadi hadiah terindah untuknya, karena tetesan keringatnya telah menjadi emas dan intan, yang dimana emas dan intan itu ditemukan karena adanya perjuangan , bukan eksploitasi yg hanya menguntungkan dirinya, namun semua perjuangannya tercurah untuk anak-anaknya!
Seorang ibu, wanita yg penuh kelembutan, keikhlasan, ketulusan hati dalam mendidik putera-puterinya sehingga ibu dipredikatkan sebagai guru kehidupan pertama dalam hidup kita!
Mulailah dari hal yg kecil dan biasa, sehingga kita terbiasa menjadi pribadi keibuan, menjadi sosok RA Kartini, agar cahaya-Nya senantiasa terpantul kepada kita and be a real woman.
Masih ragu, sahabat? Yakinilah.. bahwa kita mampu..
Ciptakan karakter yg sederhana namun mampu menjadikan kita pribadi yg luar biasa.
Izinkan sy mengutip gagasan Stephen R.Covey “ Taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib”.
21 April mungkin hanya untuk meperingati RA.Kartini, namun setiap hari sampai abad berlalu, jasanya kan terkenang, tak terhapus oleh peradaban yg kian berkamuflase dan bermetamorfosis.. Karena pada hakikatnya “ Habis Gelap, Terbitlah Terang “ yakini itu.. dalam setiap cobaan, akan ada hikmah yg ditunjukkan-Nya..
Ibu kita Kartini, putri sejati
Putri Indonesia, harum namanya
Ibu kita Kartini, pendekar bangsa
Pendekar kaumnya untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini
putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
bagi Indonesia
Semoga Bermanfaat
22 April 2011
Sahabatmu..
Mufidatunnisa
Tidak hanya smpai di situ, perjuangan wanita pun tak henti-hentinya mendapat hambatan, masih ada berbagai celah untuk menghancurkannya, namun RA Kartini yg telah mengangkat kembali derajat wanita yg dahulunya terpuruk menjadi yg terdepan, disetarakan dengan laki-laki.
Masih adakah yg senantiasa mempertahankan perjuangan RA Kartinin?? Sedangkan dapat disimpulkan bahwa wanitalah yg menjadi tiang agama namun wanita sendiri yg menjadikan tiang itu roboh. Masih adakah sosok wanita yg setia mempertahankan kodratnya sebagai seorang wanita? Yang dimana, ia takkan rela meratap sedih karena perlakuan lelaki kepadanya? Masih adakah sosok wanita tangguh, yg kebal terhadap berbagai cercaan demi jihad di jalan Allah? Sungguh, semua wanitapun mengharapkan predikat demikian, namun apakah semudah dengan ucapan? Sekali-kali tidak sahabat, kesemuanya itu membutuhkan qalbu yg senantiasa sabar, tabah, dan bertawakkal di jalan-Nya. Dapatkah ibu kita dipredikatkan sebagai seorang Kartini ?(jika sahabat bertanya)!
Seorang Kartini telah hadir dalam kehidupan kita masing-masing, dialah ibu kita!!
Mungkin ibu Kartini tak sempat kita temukan saat ini, tak sempat bertemu dengannya dan menatap dirinya yg dipenuhi cahaya perjuangan, cahaya yg menyinarinya sampai beliau wafat karena terserang penyakit. Namun, insyaAllah sosoknya masih ada dalam kehidupan kita sekarang, seorang ibu! Cintamani—intan yg mengandung kesaktian—pun tak bisa menjadi hadiah terindah untuknya, karena tetesan keringatnya telah menjadi emas dan intan, yang dimana emas dan intan itu ditemukan karena adanya perjuangan , bukan eksploitasi yg hanya menguntungkan dirinya, namun semua perjuangannya tercurah untuk anak-anaknya!
Seorang ibu, wanita yg penuh kelembutan, keikhlasan, ketulusan hati dalam mendidik putera-puterinya sehingga ibu dipredikatkan sebagai guru kehidupan pertama dalam hidup kita!
Mulailah dari hal yg kecil dan biasa, sehingga kita terbiasa menjadi pribadi keibuan, menjadi sosok RA Kartini, agar cahaya-Nya senantiasa terpantul kepada kita and be a real woman.
Masih ragu, sahabat? Yakinilah.. bahwa kita mampu..
Ciptakan karakter yg sederhana namun mampu menjadikan kita pribadi yg luar biasa.
Izinkan sy mengutip gagasan Stephen R.Covey “ Taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib”.
21 April mungkin hanya untuk meperingati RA.Kartini, namun setiap hari sampai abad berlalu, jasanya kan terkenang, tak terhapus oleh peradaban yg kian berkamuflase dan bermetamorfosis.. Karena pada hakikatnya “ Habis Gelap, Terbitlah Terang “ yakini itu.. dalam setiap cobaan, akan ada hikmah yg ditunjukkan-Nya..
Ibu kita Kartini, putri sejati
Putri Indonesia, harum namanya
Ibu kita Kartini, pendekar bangsa
Pendekar kaumnya untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini
putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
bagi Indonesia
Semoga Bermanfaat
22 April 2011
Sahabatmu..
Mufidatunnisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar sobat:D